Sebelum Pintu Itu Tertutup
Sebelum Pintu Itu Tertutup – Saudaraku yang dicintai Alloh subhanahu wata’ala, setiap kita pasti bergelimang dengan perbuatan dosa. Setiap kita tidak ada yang luput dari kemaksiatan dan kekhilafan. Bahkan tak ada di antara kita yang ma’sum dari dosa dan kesalahan. Seringkali pula manisnya dosa membuat kita lupa akan siksa-Nya. Lezatnya maksiatpun kerapkali menjadikan jiwa manusia semakin bejat melanggar syariat-Nya. Bahkan banyak orang yang rela mengerahkan berbagai macam potensi untuk mengeksplorasi “bakat” kemaksiatannya. Begitu juga bermacam inovasi pun dicetuskan untuk memodifikasi ragam perbuatan dosa.
Meskipun demikian, manusia berhadapan dengan Alloh subhanahu wata’ala yang Maha Penerima taubat. Ia bukan berhadapan dengan dzat yang membalas dosa dengan kezhaliman seperti makhluk-Nya. Walaupun segunung dosa manusia lakukan, namun Alloh subhanahu wata’ala selalu membuka pintu taubat dan ampunan. Bahkan selalu memberikan secercah harapan disaat hati manusia remuk redam dimamah-mamah kemaksiatan.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. az-Zumar [39]: 53)
Motivasi inilah yang menjadikan hati hamba tidak berputus asa meski dosanya menggunung tinggi. Bahkan ia senantiasa optimis. Tetap antusias karena harapannya berpadu dengan rahmat Alloh subhanahu wata’ala yang lembut melebihi lembutnya salju. Bukan sekedar itu, ia lebih bersemangat tatkala memahami bahwa taubatlah yang sebenarnya diinginkan Alloh subhnahu wata’ala kepada para hamba-Nya. Selain itu, Alloh subhanahu wata’ala sangat berbahagia tatkala melihat hamba-Nya bertaubat melebihi seorang diantara kita yang mendapatkan bekalnya kembali setelah sekian lama hilang di tengah padang pasir entah kemana.
Subahanalloh, itulah cahaya taubat yang menyinari hati dari gelapnya kemaksiatan laksana mentari pagi. Ia memberikan warna baru di langit jiwa seorang hamba. Warna tersebut berpadu semakin elok tatkala dibingkai dengan indahnya iman dan kuatnya takwa. Semua itu seolah bagaikan warna pelangi yang terbias indah dalam pandangan mata.
Sungguh sejuknya taubat bagaikan tetesan embun pagi setelah berjalan jauh melewati dinginnya malam. Butirannya berkilau memancarkan cahaya saat dijamah oleh sang surya. Begitulah jiwa hamba yang bertaubat. Ia berkilau saat tertimpa cahaya hidayah. Ia juga gemerlap bagaikan untaian mutiara tersibak cahaya. Bahkan berpendar meski gelapnya kemaksiatan menutupi ruang kehidupan.
Baca juga artikel “Taman Surga”
Sebelum Semuanya Terlambat
Saudaraku yang dicintai Alloh subhanahu wata’ala, Ada satu pertanyaan penting dan harus kita jawab sebelum semuanya terlambat. “Kapan kita akan bertaubat?” Ya, itulah pertanyaan yang bukan sekedar dipikirkan, namun harus dijawab dengan perbuatan. Semua itu agar kita tidak termasuk orang yang terlambat dalam bertaubat. Sebab pintu gerbang taubat yang indah itu akan tertutup. Jika telah tertutup, maka semua yang kita punyai tak akan ada gunanya lagi.
Harta sebanyak harta Qorunpun tak mampu membuka pintu taubat yang tertutup. Kekuasaan setinggi tahta Fir’aun juga tak bisa menjadi wasilah (perantara) pembuka pintu taubat. Begitu juga kejeniusan setaraf jeniusnya Haman tak akan berguna tatkala pintu taubat telah terkunci. Saat itu hanyalah penyesalan yang tiada berarti.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman: “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka (orang-orang kafir itu), dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia agar mereka dapat beriman) visit this web-site. Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Dikatakan kepada mereka, “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. al-Mu’minun [23]: 99-100)
Aduhai itulah penyesalan yang tak berguna. Penyesalan yang hanya menambah luka dan derita. Waktu mereka pun telah habis sia-sia. Pintu taubat juga telah tertutup bagi mereka. Semuanya tinggallah penyesalan dan angan-angan belaka.
Saudaraku yang dicintai Alloh subhanahu wata’ala, marilah selagi masih ada kesempatan. Mumpung pintu taubat juga terbuka siang dan malam tanpa batasan. Jangan sampai kita terus tenggelam dalam kemaksiatan. Sadarilah bahwa kesempatan sekali ini takkan kembali lagi. Tak ada kata lagi untuk menunggu tapi dan nanti.