Sirotulmustaqim

Sirotulmustaqim: BAB III HIDAYAH MENUJU SIROTULMUSTAQIM

Karena demikian pentingnya hidayah (petunjuk) yang menuntun kita untuk menuju dan meniti sirotulmustaqim, maka diwajibkan atas kita untuk memohonnya dari Alloh dalam setiap solat kita, yaitu ketika membaca ayat keenam dari surat al-Fatihah:

“Tunjukilah kami sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. al-Fatihah (1): 6]

Akan tetapi, ketika arti sirotulmustaqim adalah Islam itu sendiri, mengapa kita yang sudah menjadi orang-orang Islam, masih saja diperintahkan untuk terus memohon sirotulmustaqim, bahkan sampai akhir hidup kita? Bukankah kita telah mendapatkannya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu menyimak hal-hal berikut:

A.Arti “Hidayah”.

Dalam ayat-ayat al-Qur’an, hidayah mempunyai dua arti atau dua sisi dari satu arti. Yaitu:

  • 1. Hidayah dalam arti “ilmu”.

Pada hakikatnya substansi kata-kata hidayah adalah “ilmu”. Yaitu ilmu yang benar yang menuntun seseorang menuju sirotulmustaqim dan memandunya untuk meniti jalan tersebut.

Ilmu ini berasal dari Alloh dan diberikan kepada hamba-hamba-Nya melalui para rosul-Nya. Kemudian disebarkan kepada seluruh umat manusia oleh para pewaris kenabian, yaitu para ’ulama, bahkan siapa saja yang memiliki bagian dari ilmu yang dibawa oleh para nabi, mampu “memberikan” hidayah ini, sebatas ilmu yang mereka miliki.

Jadi hidayah dalam arti ilmu bisa dituntut dari para rosul, para ’ulama dan siapa saja yang memilikinya.

Ilmu yang dimaksud adalah ”ilmu tentang apa-apa yang harus kita percayai dan kita amalkan, serta apa-apa yang harus kita ingkari dan kita tinggalkan untuk mendapat keridoan Alloh ”.

Hidayah seperti ini dinamakan pula hidayah dilalah. Tetapi pemberian hidayah ini oleh mereka yang memilikinya hanya sampai pada tahap “penyampaian saja.

”Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk (hidayah) kepada sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. asy-Syuro (42): 52]

Hidayah yang dimaksud dalam ayat tersebut di atas adalah hidayah dilalah.

  • 2. Sisi atau arti lain dari “hidayah” dinamakan “taufîq”.

Hidayah ini disebut juga dengan nama hidayah taufiqiyah. hidayah taufiqiyah adalah tuntunan Alloh atas hati kita dan pertolongan-Nya yang menjadikan kita menginginkan, mengetahui dan akhirnya mampu meniti sirotulmustaqim.

Tanpa hidayah ini, maka hidayatul ‘ilmiyah atau hidayah dilalah, tidak ada gunanya sama sekali.

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [QS. al-Qoshosh (28): 56]

Yang dimaksud hidayah dalam ayat di atas adalah hidayah taufiqiyah yang hanya Alloh  sajalah yang bisa memberikannya. “Hidayah ini dimulai dari berimannya seseorang”, kemudian mencakup:

  1. Kemauan dan kemampuan untuk belajar ilmu yang benar.
  2. Mendapatkan guru atau sumber untuk belajar ilmu yang benar.
  3. Mempelajari ilmu tersebut.
  4. Memahami apa yang dipelajari.
  5. Menerima apa yang telah dipahami.
  6. Menerapkan dan mengamalkan apa-apa yang diterima.
  7. Keikhlasan untuk meniti semua hal tersebut di atas.
  8. Ittiba’ (pengikutan) kepada Rosululloh  dalam pemahaman dan pengamalan.

Dikarenakan ajaran-ajaran Islam terlalu luas dan trik-trik atau tipu daya penyesatan dari setan pun terlalu banyak, maka jika kita menghendaki agar kita selalu berada dalam keislaman dan tetap dapat mempertahankan prestasi-prestasi keislaman (kebaikan atau amal perbuatan taat) yang sudah kita miliki, juga bila kita ingin selamat dari trik-trik penyesatan tersebut di setiap waktu, maka kita pun membutuhkan hidayah dengan kedua sisi dan seluruh cakupannya seumur hidup kita, di setiap waktu pula.

Dengan demikian jelaslah mengapa kita harus selalu memohon dan berusaha untuk mendapatkan hidayah menuju sirotulmustaqim secara terus menerus.

B.Cara Mendapatkan Hidayah Menuju Sirotul-mustaqim.

1. Memohon kedua sisi hidayah tersebut dari yang memilikinya secara mutlak.

Kita harus terus menerus memohon hidayah kepada Alloh , baik dalam solat maupun di luar solat, karena hanya Dia-lah yang sanggup memberikannya kepada kita dalam bentuk yang sempurna dan berguna.

“…Dan Alloh memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki ke sirotulmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. al-Baqoroh (2): 213]

Dalam hadits qudsi, Alloh  berfirman:

(( يَا عِبَادِي، كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ ))

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Aku beri hidayah (petunjuk), maka hendaklah kalian meminta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR. Muslim)

2. Belajar dan beramal.

Setiap orang yang bermujahadah (bersungguh-sungguh) diri untuk mempelajari ilmu yang diberikan Alloh kepada para rosul-Nya dengan ikhlas dan mengamalkan apa-apa yang dipelajarinya, maka akan dibukakan untuknya pintu-pintu ilmu yang belum diketahuinya. Ketika mengamalkan ilmu baru tersebut, maka diberikan lagi baginya ilmu-ilmu yang belum pernah diketahuinya, demikian seterusnya.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (men-cari keridoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” [QS. al-‘Ankabut (29): 69]

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir  berkata:

(( اَلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ بِمَا يَعْلَمُوْنَ يَهْدِيْهِمُ اللهُ لِمَا لاَ يَعْلَمُوْنَ ))

“Yaitu orang-orang yang mengamalkan apa-apa yang diketahuinya, maka Alloh akan menunjuki  mereka ilmu-ilmu yang belum mereka ketahui.”

3. Bertakwa kepada Alloh .

Selama seorang muslim memegang teguh perintah Alloh  dan mentaati-Nya serta menjauhi dan menghindari larangan-Nya, selama itu pula Alloh  akan memberi hidayah kepada hatinya, dan menganugerahinya cahaya yang akan meneranginya saat ia berjalan dalam kegelapan.

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rosul), bertakwalah kepada Alloh  dan berimanlah kepada Rosul-Nya, niscaya Alloh  memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian, dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Hadid (57): 28]

“Hai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar.” [QS. al-Anfal (8): 29]

Catatan:

Furqon adalah kemampuan untuk mengenal dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan ini adalah inti dari hidayah.

Ibnu Katsir  berkata:

(( فُرْقَانًا: فَصْلاً بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ ))

Furqon adalah pembeda antara kebenaran dan kebatilan.”

as-Sa’di  berkata:

(( اَلْفُرْقَانُ: وَهُوَ الْعِلْمُ وَالْهُدَى الَّذِيْ يُفَرِّقُ بِهِ صَاحِبُهُ بَيْنَ الْهُدَى وَالضَّلاَلِ، وَالْحَقِّ وَالْبَاطِلِ، وَالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ، وَأَهْلِ السَّعَادَةِ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ))

Furqon adalah ilmu dan hidayah yang dengan keduanya pemiliknya dapat membedakan antara hidayah dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, yang halal dan haram, serta antara peniti jalan kebahagiaan dengan jalan kesengsaraan.”

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker