BAB VIII SHOLAT 1 | Aqidah dan Fiqih Ibadah
BAB VIII SHOLAT 1
Alloh  mewajibkan sholat sebanyak lima kali dalam sehari semalam (sholat-sholat fardhu).
Meninggalkan sholat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras.
Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Alloh  serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.
Siapa yang tidak menjaga sholatnya, dia tidak akan mendapatkan cahaya dan keselamatan pada hari kiamat, dan di akhirat kelak dia akan dikumpulkan bersama Fir`aun, Haman, Qorun, dan Ubay bin Kholaf.
Lima sholat fardhu, yaitu sholat-sholat yang diwajibkan Alloh  atas hamba-hamba-Nya, adalah sebagai berikut: Dzuhur, Ashar, Subuh, Fajar, Isya dan Maghrib.
Selain sholat fardhu disyariatkan sholat-sholat sunnah, yaitu sholat- sholat yang jika dikerjakan mendapat pahalanya dan jika ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Macam-macam sholat sunnah: sebelum sholat subuh, sebelum dan sesudah sholat zuhur, sesudah sholat maghrib, sesudah sholat isya, sholat witir, sholat malam/tahajjud, sholat dhuha, sholat tahiyyatul masjid, sholat taubat, sholat istikhoroh, sholat idul fitri, sholat idul adha, sholat kusuf (gerhana matahari), sholat khusuf (gerhana bulan), sholat istisqo’, sholat tarawih di bulan Romadon, sholat bebas waktu kapan saja selain di waktu terlarang.
Sholat-sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat fardhu, masing- masing 2 rakaat sangat ditekankan pelaksanaannya dan dinamakan sholat rowatib.
Sholat witir: Arti kata witir adalah ‘bilangan ganjil’. Adapun nama sholat witir pada hakikatnya adalah sinonim dari sholat malam. Yang demikian karena kita diperintahkan oleh Rosululloh  untuk menjadikan jumlah rakaat sholat malam kita ganjil. Akan tetapi, nama sholat witir lebih terkhususkan kepada bagian dari sholat malam yang berakaat ganjil. Contohnya: ketika sholat malam dilaksanakan 11 rakaat dengan cara sholat 2 rakaat empat kali dan 3 rakaat satu kali, maka yang dinamakan sholat witir adalah yang 3 rakaat dan 8 rakaat yang sebelumnya dinamakan sholat lail atau tahajjud.
Keterangan tambahan atas poin nomor 4 sampai 7: Aisyah  meriwayatkan bahwasanya Rosululloh pada suatu hari melakukan sholat malam sebanyak 13 rakaat dan 5 rakaat dari padanya dijadikan witir dengan tasyahud hanya pada rakaat terakhir.
Keterangan: Rosululloh  melaksanakan sholat tersebut 8 rakaat dalam empat sholat yang setiap sholatnya 2 rakaat dan menjadikan sisa dari 13 rakaat (yaitu 5 rakaat) dalam satu sholat dengan tasyahud hanya dirakaat ke 5. Secara umum seluruh sholat beliau tadi (13 rakaat)
adalah sholat malam (tahajjud). Akan tetapi dikhususkan nama sholat witir untuk 5 rakaat terakhir dikarenakan keganjilan jumlah rakaat. Terkadang seluruh 13 rakaat tersebut pun dinamakan sholat witir. Jadi perlu diingat masalah penamaan bukanlah masalah
terpenting akan tetapi yang terpenting adalah ganjil tidaknya
jumlah rakaat.
Sholat witir dilakukan setelah sholat isya dan menjadi sholat terakhir khususnya sebelum tidur malam. Boleh dikerjakan di akhir malam. Barangsiapa mengerjakannya sebelum tidur dan ingin sholat tahajjud di malam hari maka tidak usah mengulangi sholat witir.
Jumlah rokaat sholat witir bervariasi, 1, 3, 5, 7, 9 rakaat dengan satu tasyahud.
Azan adalah kalimat-kalimat yang dikumandangkan sebagai tanda masuknya waktu sholat dan menyeru orang untuk melaksanakan sholat berjamaah. Iqomah adalah kalimat-kalimat yang dikumandangkan sebagai tanda akan dilaksanakannya sholat.
Hukum azan dan iqomah: Sunnah muakkadah bagi laki-laki. Azan dan iqomah hanya dilakukan pada sholat lima waktu dan sholat jum’at.
Syarat-syarat sahnya azan adalah: a) Masuk waktu, b) Dibaca secara berurutan dan bersambung, c) Hendaknya dengan bahasa Arab (berarti juga mengikuti kaedah tajwid), d) Orang yang mengumandangkan azan adalah lelaki muslim yang berakal.
Sunnah-sunnah azan: a) Muazzin orang yang bisa dipercaya komitmen dengan waktu, b) Dikumandangkan oleh orang yang memiliki suara keras dan indah, c) Menghadap kiblat, d) Dalam keadaan suci, d) Meletakkan kedua jari telunjuknya di kedua telinganya, e) Melambatkan suara azan dan mempercepat suara iqomah, f) Tidak berbicara di saat azan.
Disunnahkan bagi orang yang mendengarkan azan untuk mengucapkan seperti yang diucapkan muazzin, kecuali dalam bacaan (hayya `alas Sholah, dan hayya `alal falah) orang yang mendengarkannya mengucapkan (la hawla wala quwwata illa billah)
Disunnahkan bersholawat kepada Nabi  setelah azan selesai bagi yang azan maupun yang mendengar. Lalu berdoa.
Boleh menggunakan pengeras suara untuk mengumandangkan azan dan iqomah saat diperlukan.