MENGHIDUPKAN ROMADHON | Panduan Romadhon
MENGHIDUPKAN ROMADHON
1. Puasa dalam bahasa Arab yaitu “shoum” yang merupakan salah satu amalan yang dianjurkan kepada kaum muslimin untuk mendekatkan diri kepada Alloh.
Yang dimaksud dalam puasa disini adalah puasa Romadhon.
Siapa yang tidak mengenal puasa Romadhon dan keutamaannya?
Tentu semua orang yang beriman mengenal dan merindukannya.
Karena di dalamnya mengandung banyak sekali fadhilah-fadhilah yang akan diberikan kepada orang-orang yang menjalankannya.
Tentu prioritas kepada mereka yang sungguh- sungguh, ikhlas dan ittiba‟ kepada Rosulullah  .
Harus kita ketahui bahwa puasa Romadhon hukumnya adalah wajib, dan berikut ini dalil-dalil baik dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang berkenaan dengan wajibnya puasa Romadhon.
a. Dalil Al-Qur‟an
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. al-Baqoroh [2]: 183)
b. Dalil As-Sunnah

Dalam hadits Abdulloh bin Umar  Nabi  menjelaskan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam.
Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat laa ilaaha illallohu muhammadan rosululloh, mendirikan sholat, me- ngeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Alloh, dan berpuasa Romadhon.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Dari ayat di atas jelas bahwa puasa Romadhon adalah wajib. Artinya jika dikerjakan berpahala, dan jika tidak dikerjakan akan berdosa. Bagi siapa yang meninggalkannya dengan sengaja maka ia akan terancam dengan kekafiran karena menolak atas apa yang telah diwajibkan.
2. Sholat Malam (Tarawih).
Sudah lazim diketahui bahwa sholat malam pada bulan Romadhon disebut dengan sholat Tarawih. al-Hafizh Ibnu Hajar  mengatakan, „Tarawih adalah bentuk jamak (plural) dari „tarwihah‟, yaitu bentuk kata yang bermakna satu kali dari kata „rahah‟ (istirahat), seperti kata taslimah yang berasal dari kata salam. Sholat berjamaah pada setiap malam bulan Romadhon disebut sholat Tarawih karena pada permulaannya, mereka berkumpul untuk mengerjakannya, mereka beristirahat setiap dua kali salam.”
a. Landasan dan hukum sholat Tarawih.
Landasan hukum sholat Tarawih antara lain adalah hadits Rosululloh ْ:
“Barangsiapa melakukan qiyam Romadhon karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhori no. 37 dan Muslim no. 759)
Hadits di atas memberitahukan kepada kita bahwa sholat Tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat dilakukan karena iman, yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Alloh  dan mencari pahala dari Alloh  , bukan karena riya‟ atau alasan lainnya (Lihat Fathul Bari, 4:251)
Imam Nawawi  juga menjelaskan, “Yang sudah ma‟ruf di kalangan fuqoha bahwa pengampunan dosa yang dimaksudkan di sini adalah dosa kecil, bukan dosa besar. Dan mungkin saja dosa besar ikut terampuni jika seseorang benar-benar menjauhi dosa kecil.” (Al Minhaj Syarh Shohih Muslim, 6:40)
Adapun hukum sholat Tarawih adalah sunnah mu‟akkad (ditekankan). Sebab Nabi Muhammad  mendorong para sahabatnya untuk melaksanakan Qiyam Romadhon (sholat
Tarawih) tanpa adanya perintah yang tegas sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits di atas.
Rosululloh telah menetapkan sholat Tarawih berjamaah. Pada suatu malam bulan Romadhon, Rosululloh pernah keluar, lalu beliau melihat orang-orang mengerjakan sholat di salah satu sudut masjid. Beliau bertanya, „Apa yang mereka lakukan?‟, seorang sahabat berkata, „Wahai Rosululloh, mereka itu adalah orang-orang yang tidak memiliki hafalan al-Qur‟an. Ubay bin Ka‟ab membacakan kepada mereka dan ia menjadi imam dalam sholat mereka.” Beliau bersabda,
Sungguh baik apa yang mereka lakukan.‟ Atau „sungguh tepat apa yang mereka lakukan.‟ Beliau tidak keberatan terhadap apa yang telah mereka lakukan itu.” (HR. al-Baihaqi, dishohihkan al-Albani )
Rosululloh juga mengerjakan sholat Tarawih. Nu‟man bin Basyir mengatakan, “Kami mengerjakan sholat malam bersama Rosululloh sampai sepertiga malam pertama pada malam tanggal dua puluh tiga bulan Romadhon.
Kemudian, kami mengerjakan sholat malam bersama beliau sampai setengah malam pada malam tanggal dua puluh lima. Kemudian, beliau mengerjakan sholat malam dengan kami pada malam tanggal dua puluh tujuh hingga kami menduga bahwa kami telah terlewatkan waktu keberuntungan.” Nu‟man bin Basyir , “Demikianlah, kami menyebut waktu sahur sebagai waktu keberuntungan.”
Anas bin Malik menuturkan, “Rosululloh mengerjakan sholat malam pada bulan Romadhon di masjid. Begitu aku datang, aku pun segera mengerjakan sholat di samping beliau. Kemudian datang orang lain yang juga mengerjakan sholat hingga jumlah kami menjadi banyak.
Begitu Nabi menyadari keberadaan kami di belakang beliau, beliau lantas memperingan sholat. Kemudian, beliau masuk ke dalam rumahnya dan mengerjakan sholat yang tidak beliau kerjakan bersama kami.”
Anas bin Malik berkata, “Pada pagi harinya, kami bertanya, „Apakah Anda menyadari keberadaan kami tadi malam?‟ Beliau menjawab: “Ya, itulah yang menyebabkan aku melakukan apa yang telah aku lakukan.” (HR. Muslim)
Sholat malam pada bulan Romadhon dapat menyebabkan diampuninya dosa-dosa terdahulu, juga memiliki kenikmatan dan keceriaan yang istimewa, serta mendatangkan hal mengagumkan yang tidak dapat diserupai oleh apapun.
Maha Suci Alloh..!! Sholat malam pada bulan Romadhon memiliki citra khusus yang berbeda dengan semua sholat malam pada bulan lain selama satu tahun.
Waktu malam pada bulan Romadhon juga memiliki kesan khusus yang berbeda dengan seluruh malam dalam setahun.
Hal tersebut merupakan salah satu dari sekian keistimewaan Romadhon. Kita menjumpai sholat malam begitu mudah dilaksanakan oleh semua orang, hingga kita benar-benar menjumpai orang yang tidak mengerjakan sholat wajib di luar bulan Romadhon, mereka mengerjakan sholat malam pada bulan Romadhon.
b. Hikmah dan Keutamaan Sholat Tarawih.
Berikut ini beberapa hikmah dan keutamaan sholat malam (Tarawih) di bulan Romadhon:
1) Sholat malam sebab datangnya ampunan.
Sholat malam pada bulan Romadhon adalah bagian dari keimanan dan menjadi sebab datangnya ampunan Alloh  atas dosa-dosa yang terdahulu. Rosululloh  bersabda,
Barangsiapa yang mengerjakan sholat malam pada bulan Romadhon karena iman dan mencari pahala Alloh  , niscaya akan diampunilah dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Berkenaan dengan hadits tersebut, Syaikh al-Albani menuturkan, “Motivasi ini dan semisalnya merupakan penjelasan mengenai keutamaan ibadah-ibadah yang disebutkan dalam hadits seperti di atas. Jika seseorang memiliki dosa, dosa- dosanya dapat diampuni karena ibadah-ibadah tersebut.
Adapun jika ia tidak memiliki dosa, keutamaan ini tampak pada diangkatnya kedudukan, sebagaimana yang terjadi pada Nabi yang terlindungi dari dosa.”

2) Berhak menyandang nama Shiddiqin dan Syuhada‟.
Orang yang melakukan sholat malam pada bulan Romadhon berhak menyandang nama Shiddiqin (orang-orang yang jujur dan berlaku benar) dan Syuhada‟ (orang-orang yang ditetapkan sebagai syahid).
Hal ini merupakan limpahan anugerah dan kemuliaan Alloh yang Maha Mulia, yang disampaikan oleh Nabi . Dalam pelaksanaan sholat malam juga terdapat keberuntungan di atas keberuntungan.
Seorang laki-laki datang kepada Nabi  lantas bertanya, “Wahai Rosululloh, bagaimana menurut engkau jika aku bersaksi bahwa tidak ada Dzat yang berhak diibadahi selain Alloh dan sesungguhnya engkau adalah utusan Alloh.
Kemudian saya mengerjakan sholat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa Romadhon dan mengerjakan sholat malam pada bulan Romadhon, termasuk golongan siapakah saya?”
Rosululloh bersabda, “Termasuk golongan Shiddiqin dan Syuhada‟.” (HR. Ibnu Hibban, dishohihkan al-Albani  )
3) Sholat malam (Tarawih) bersama imam hingga selesai maka dicatat sebagai sholat semalam suntuk.
Siapa yang mengerjakan sholat malam pada bulan Romadhon sampai imam beranjak dari tempat sholatnya maka akan dicatat untuknya seperti halnya sholat semalam suntuk. Disebutkan dalam hadits Abu Dzar  bahwa Nabi  bersabda:
“Jika seseorang mengerjakan sholat bersama imam hingga ia selesai (bubar), maka terhitung baginya sebagai sholat (satu) malam.” (HR. Ahmad, dishohihkan al-Albani  )
Segeralah menunaikan sholat Tarawih di malam Romadhon, agar Alloh  menyambut kita, dan kita dicatat telah sholat semalam suntuk.
Karena setiap malam sepanjang umur adalah kesia-siaan, tidak ada nilainya kecuali jika kita memanfaatkan malam-malam tersebut untuk beribadah kepada Alloh  .
Dengan demikian, ketika kita dikategorikan di sisi Alloh telah melakukan sholat malam semalam suntuk dan pahala ini tercatat sebagai pahala yang besar di sisi-Nya.
Maka dari itu, bersabarlah sejenak bersama imam hingga ia menyelesaikan sholatnya dan jangan tergesa-gesa, yang akibatnya kita akan menuai kerugian terkait pada malam yang kita lalui.
4) Pilihlah sendiri sebutan untuk dirimu di sisi Alloh  .
Rosululloh  bersabda:
“Siapa yang mengerjakan sholat malam dengan membaca sepuluh ayat, ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai. Adapun siapa yang mengerjakan sholat malam dengan membaca seratus ayat, maka ia ditetapkan termasuk golongan Qonitin (orang-orang yang taat). Dan siapa yang mengerjakan sholat malam dengan membaca seribu ayat, maka ia ditetapkan termasuk golongan Muqonthorin (orang-orang yang mendapatkan karunia dan keberkahan melimpah).” (HR. Abu Dawud, dishohihkan oleh al-Albani  )
Jika seorang Muslim menyadari bahwa Alloh  meneliti keadaannya dan kedekatannya dari-Nya, serta Alloh mengingat hamba-Nya, dia pun mengetahui bahwa ia memiliki sebutan di sisi Alloh  , yang dengan sebutan itu ia dikenal di sisi Alloh  .
Dalam hadits yang kita bahas di sini terdapat nama-nama sebutan bagi setiap orang terkait dengan sholat malam mereka. Maka, hendaknya kita memiliki suatu amalan, yang dengan amalan ini ditetapkan bagi kita satu sebutan di sisi Alloh.
5) Sholat malam merupakan identitas kemuliaan seorang Mukmin.

Rosululloh  bersabda:
“Kemuliaan orang beriman adalah sholat malam.” (HR. al-Hakim, dishohihkan al-Albani  )
Mahasuci Alloh  ! Ini adalah jalan bagi manusia untuk menggapai kemuliaan agar dia menjadi sosok yang mulia di sisi Alloh  . Hal ini benar-benar merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap orang yang menghendaki kedudukan yang luhur.
Marilah kita bergabung dengan kafilah orang-orang yang mulia dan lakukanlah sholat malam secara rutin, niscaya kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mulia.
6) Meniti kafilah orang-orang Sholeh.
Rosululloh  bersabda: ْ
“Hendaklah kalian mengerjakan sholat malam, karena sholat malam adalah tradisi (kebiasaan) orang-orang yang sholeh sebelum kalian.” (HR. at-Tirmidzi, dishohihkan al- Albani )
Ya… siapakah yang ingin bergabung dengan kafilah orang- orang Shiddiqin dan Syuhada‟, kemudian bergabung dengan kafilah orang-orang mulia? Maka dari itu, hendaknya dia menjadikan sholat malam sebagai tradisinya karena sholat malam adalah tradisi dan ciri khas mereka.
Ketika menyebut kata „tradisi‟ dalam hadits di atas, seakan kita dapat meresapi kegigihan, kesabaran dan kesungguhan dalam amalan ini. Oleh sebab itu, bersungguh-sungguhlah dalam mengamalkannya seperti kesungguhan mereka, niscaya kita termasuk dalam golongan mereka.
7) Sholat malam adalah pendekatan seorang hamba kepada Robbnya.
“Hendaknya kalian mengerjakan sholat malam, karena sesungguhnya sholat malam adalah tradisi orang-orang Sholeh sebelum kalian, ia adalah pendekatan diri kepada Robb kalian, dan menghapus kesalahan-kesalahan serta dapat menghindarkan dosa.” (HR. at-Tirmidzi, dihasankan oleh al-Albani  )

Rosululloh bersabda:
Sesungguhnya sholat malam adalah sebaik-baik interaksi dengan Alloh  Yang Maha Mulia. Jika kita mengorbankan sebagian dari kenyamanan kita karena Alloh, niscaya Alloh akan menggantinya dengan kenyamanan dan kesehatan yang lebih banyak dan lebih utama.
8) Perlindungan dari dosa.
Dalam hadits sebelumnya, kita telah mengetahui, Rosululloh menyebutkan bahwa sebagian dari keutamaan-keutamaan sholat malam, adalah menghindarkan pelakunya dari dosa yang akan datang dan menghapuskan dosa yang telah lalu.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Hasan ,
“Barangsiapa yang melalui malamnya dengan kebaikan, maka ia akan dijamin dengan perlindungan pada siang harinya. Dan siapa yang melalui siangnya dengan kebaikan, maka ia dijamin dengan perlindungan pada malam harinya.”
c. Keutamaan Sholat Tarawih Berjama‟ah.
Abu Dzar  mengatakan, “Kami berpuasa bersama Rosululloh pada bulan Romadhon. Sama sekali beliau tidak mengerjakan sholat Tarawih bersama kami pada bulan hingga tersisa tujuh (malam). Lantas, beliau mengerjakan sholat Tarawih bersama kami sebagai imam hingga lewat sepertiga malam. Pada malam keduapuluh empat, beliau tidak mengerjakan sholat bersama kami.
Begitu pada malam keduapuluh lima, beliau mengerjakan sholat bersama kami hingga lewat seperdua malam. Saya berkata, “Wahai Rosululloh, andai saja engkau menggenapkannya semalam suntuk.” Maka beliau bersabda:

“Jika seseorang mengerjakan sholat bersama imam hingga ia selesai (bubar), maka terhitung baginya sebagai sholat (satu) malam.” (HR. Ahmad, dishohihkan al-Albani  )
Pada malam keduapuluh enam, beliau tidak mengerjakan sholat malam bersama kami. Begitupun pada malam ketiga (dari tujuh malam Romadhon yang tersisa), beliau mengumpulkan keluarga dan istri-istri beliau serta orang-orang. Lalu beliau mengerjakan sholat malam bersama kami hingga kami khawatir akan terlewatkan waktu keberuntungan.”
Periwayat hadits bertanya, “Apa itu waktu keberuntungan?” Abu Dzar menjawab, “Waktu sahur.” Setelah itu, beliau tidak mengerjakan sholat malam bersama kami pada malam yang tersisa dari bulan Romadhon.”
Hujjah/dalil yang dijadikan acuan pada hadits ini adalah sabda beliau, “Jika seseorang mengerjakan sholat bersama imam…” Ini cukup jelas penunjukannya sebagai dalil terkait keutamaan sholat malam pada bulan Romadhon bersama imam. Penulis „Aun al-Ma‟bud, mengatakan, “Dia mendapatkan pahala sholat satu malam penuh.”
Imam Ahmad menyatakan, “Menurutku, hal yang mengagum- kan dari riwayat ini adalah, ia mengerjakan sholat malam bersama imam dan melakukan sholat witir bersamanya, berdasarkan hadits Nabi , „Jika ia mengerjakan sholat bersama imam….”
Demikianlah, keutamaan dan landasan hadits yang menjadi dasar pensyariatan sholat Tarawih.
d. Kaum Wanita Sholat Tarawih Berjama‟ah.
Kaum wanita boleh mengikuti sholat Tarawih berjamaah pada bulan Romadhon jika mereka memperhatikan adab-adab keluar rumah berdasarkan syariat seperti mengenakan penutup aurat, tidak memakai minyak wangi, tidak mengeraskan suara mereka atau berbaur dengan kaum pria di kendaraan-kendaraan, jalan-jalan dan semacamnya, menundukkan pandangan dan tidak berada di luar rumah pada waktu larut malam tanpa mahram.
Jika mereka tidak mampu seperti itu, sholat mereka di rumah adalah lebih utama dan seorang laki-laki di antara keluarga mereka dapat menjadi imam sholat bagi mereka di rumah.
3. Tilawah al-Qur‟an.
Arti dari kata tilawah al-Qur‟an, yaitu membaca Al-Qur‟an karena kata „tilawah‟ bermakna „qoro‟a‟ yang artinya membaca. Dalam hal ini seorang hamba sangat dianjurkan sekali untuk dapat membaca panduan hidup seluruh alam, yaitu Al-Qur‟an.
Kemudian Kata tilawah merupakan bentuk „mashdar‟ atau kata asal yang terbentuk dari kata kerja dasar „talaa (kata kerja bentuk lampau/kkbl) „yatluu‟ (kata kerja bentuk sekarang/kkbs). Dalam bentuk jamak
berarti „talau‟ atau „yatluuna‟. Sedangkan dalam kata perintah biasanya di baca „utluu‟ atau jika dahului wawu menjadi „watluu‟. Telah kita ketahui bahwa orang yang paling mulia disisi Alloh pun diperintahkan oleh Alloh melalui malaikat Jibril untuk membaca ayat-ayatnya, apalagi kita seorang hamba yang jauh dari kemuliaan Beliau.
Lalu dalil yang menganjurkan kita untuk senantiasa bertilawah Al-Qur‟an yaitu, Alloh berfirman :
Orang-orang yang Kami datangkan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi. (QS. Al Baqoroh [2] : 121)
Menurut ayat tersebut, bahwa mereka yang membaca kitab Alloh , Al-Qur‟an dengan „haqqa tilawah‟ yang menurut sebagian mufassir adalah maknanya membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkannya (orisinalitas tertinggi) maka hal tersebut merupakan bukti keimanan kepada kitab tersebut. Jika tidak melakukannya maka termasuk mereka yang mengingkarinya dan menjadi orang-orang yang merugi dan binasa di akhirat nanti. Maka pemaknaan ayat tersebut mengindikasikan pentingnya setiap muslim untuk „tilawah al-Qur‟an‟.
Adapun kata yang mengisyaratkan „membacanya‟ pada ayat di atas yaitu „yatluunahu‟ yang merupakan kata dasar dari „tilawah‟ dalam bentuk jamak dari kkbs yang mengisyarakatkan perbuatan sedang, terus menerus atau berkesinambungan (rutin).
Tilawah Al-Qur‟an harus dilakukan secara terus menerus, rutin dan berkesinambungan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rosululloh agar setiap muslim mampu mengkhatamkan bacaan al Quran pada setiap bulannya.
Dengan demikian, makna tilawah bukan sekedar membaca tetapi membaca Al-Qur‟an itu harus sempurna sesuai dengan contohnya (Tahsin), dipahami (Tafhim) dan diaplikasikan dalam kehidupan (Tabligh).
Tentunya aktivitas ini harus dilaksanakan secara rutin, berkala dan berkesinambungan. Apabila cara seperti ini telah diaplikasikan oleh setiap muslim, maka merekalah yang telah melaksanakan tilawah Al-Qur‟an dalam pengertian yang sebenarnya.
4. Sedekah.
a. Definisi Sedekah.
Dalam bahasa arab adalah shodaqoh, secara bahasa bermakna membenarkan, menyetujui dan mengetahuiq.
Sedangkan secara istilah mengandung makna memberikan sesuatu yang berharga, apapun jenis dan berapapun jumlahnya, kepada orang lain, secara ikhlas dan sukarela, tidak dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu, sebagai tanda keyakinan dan kesungguhan hati akan kebenaran dan keutamaannya, bahwa Alloh akan mengganti bahkan menambah keberkahan harta yang dimilikinya.
Pernahkan kita mendengar kisah tentang seorang yang asalnya kaya, tiba-tiba jatuh miskin karena rajin bershodaqoh? Ataukah sebaliknya, seorang justru semakin kaya, makmur dan bahagia, karena rajin bershadaqoh? Atau, ingatkah kita Kisah “Aisyah , istri Rasullulloh , yang memberikan dua buah roti kepada dua orang pengemis, padahal roti itu yang tersisa untuk buka puasanya? Dimana yang terjadi selanjutnya, Alloh menggantikan pemberian itu dengan kambing bakar yang di atasnya terdapat roti yang diantar oleh seorang tetangganya. Padahal, tetangga tersebut belum pernah memberi hadiah apapun sebelumnya.
Dalam Al-Qur‟an, kita tahu tentang janji Alloh yang akan melipatgandakan Shodaqoh kita dengan 700 kali lipat dari apa yang kita shodaqohkan (QS. Al-Baqaroh [2]: 261).
Pada kenyataannya, ternyata masih banyak manfaat lain dari shodaqoh. Diantaranya, dapat menyelamatkan si pemberi dari kejadian buruk. Selain itu, Atas ijin Alloh , shodaqoh juga ampuh untuk menyembuhkan penyakit si pemberi.
Salah satu kisah dari banyaknya kisah yang menggugah berkenaan tentang shodaqoh, yaitu Adalah Muhammad bin Wadhoh , seorang imam, hafizh, dan ahli hadist. Beliau adalah budak dari penguasa Andalusia. Waro‟, zuhud, sabar dalam menyebarkan ilmu serta jauh dari perbuataan maksiat adalah hal lain yang diketahui dari dirinya.
Suatu ketika beliau sedang asyik berbincang dengan tamunya, datang seseorang membawa kabar tentang anak beliau yang di tabrak dan dilindas gerobak. Tetapi ia tidak begitu peduli dengan berita buruk itu.
Bahkan beliau mengambil bukunya dan meminta seorang qori‟ untuk memanjangkan bacaannya. Tak lama seorang lelaki datang menepis berita buruk tadi mengabarkan, “bergembiralah wahai Abu Abdillah, Alhamdulillah anak anda selamat, Roda gerobak itu hanya menyerempet bajunya hingga ia terjatuh, namun ia tak sampai cedera‟, jelas si pembawa berita.
Maka Muhammad bin Wadhoh menjawab, “Alhamdulillah, aku yakin akan hal itu, karena hari ini aku melihat anakku memberikan uang recehan kepada seorang miskin, jadi aku tahu tidak akan ada suatu keburukan pun yang akan menimpanya siang ini. Lalu ia mengutip hadist : “Sesungguhnya Alloh akan menolak kematian yang buruk atas seseorang karena shodaqoh yang di keluarkannya”.
b. Keutamaan sedekah.
Berbicara tentang keutamaan sedekah, Sangat banyak sekali hadits-hadits yang menyatakan sebuah keutamaan orang yang bersedekah.
Sungguh Alloh benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Sungguh keajaiban sedekah ini memiliki keutamaan yang besar.
Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah.
Ibnu Hajar Al-Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al-Inaafah Fimaa Ja‟a Fis Shodaqoh Wad-Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshohihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil- dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.
Diantaranya hadits Rasululloh yang artinya:
“Buatlah penghalang dari api neraka sekalipun dengan separo kurma, jika tidak mendapatkannya, maka bershodaqohlah dengan perkataan yang baik”. [HR.Bukhori, Muslim dan Ahmad].
5. I‟tikaf.
Rosululloh memberi teladan dalam syariat i‟tikaf karena dalam hati manusia ada kekusutan, kefakiran dan kerusakan yang tidak bisa diatasi, kecuali dengan menghadapkan diri kepada Alloh
Benar, ketika manusia mengalami berbagai kesulitan hidup di dunia ini, mereka merindukan kesunyian yang di dalamnya dia menyepi bersama Robb dan Ilahnya, kekasihnya dan Dzat yang diibadahinya, penolong dan Dzat yang dimintainya.
I‟tikaf Romadhon adalah kesempatan terbaik bagi orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan sejati. Karena di dalamnya terdapat berbagai macam hadiah yang telah disimpan untuk para hamba, tepat pada sepuluh hari terakhir di bulan Romadhon.
I‟tikaf adalah sebuah ibadah yang tidak sama dengan ibadah lainnya. I‟tikaf berarti memfokuskan diri kepada Alloh secara total dan meninggalkan berbagai kesenangan dunia yang dapat menghalangi perjalanan ruhani manusia yang luhur.
I‟tikaf juga melambangkan bentuk hubungan yang sempurna dengan Alloh , demi mewujudkan kejernihan ruhani dalam interaksi seorang hamba dengan-Nya.
6. Catatan Untuk Kaum Muslimah.
Saudariku kaum Muslimah….
Berupayalah untuk melipatgandakan amal kebaikan dan ketaatan yang mubah (dibolehkan) bagi Anda di waktu datang haid ketika tidak ada sholat dan puasa. Maka gantilah semua itu dengan beragam ibadah seperti berdzikir dan beristighfar kepada Alloh , bersholawat kepada Nabi , berdoa, bersedekah, mendengarkan al-Qur‟an, membaca buku yang bermanfaat, memberi hidangan berbuka kepada orang- orang yang berpuasa dan amal-amal kebaikan lainnya.
Ketahuilah wahai saudariku kaum muslimah….
Ketika Anda terhalang untuk melaksanakan sholat dan puasa di waktu haid dan Anda niatkan itu semata-mata dalam rangka mentaati Alloh dan rela terhadap apa yang telah ditentukan-Nya, maka Anda dalam keadaan diberi pahala.
Dan hendaknya–wahai saudariku tercinta–lisanmu selalu basah karena berdzikir kepada Alloh .
Karena yang demikian itu adalah hiasan mulut dan makanan hati serta penenang jiwa. Dan dzikirpun merupakan perniagaan besar yang sangat menguntungkan.
Wahai pemilik semangat yang tinggi dan cita-cita yang luhur, raihlah kesempatan yang baik ini sebelum terlewatkan dan bergegaslah kepada amalan-amalan kebaikan!
Terakhir, kita semua memohon kepada Alloh agar Dia memberkahi kita semua dalam bulan Romadhon ini dan menjadikan kita orang yang dirahmati dengan amalan puasa dan sholat kita serta berbagai amal Sholeh lainnya.
Demikianlah berbagai amal ibadah yang dapat dilakukan dibulan Romadhon. Semoga Alloh memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita untuk dapat memakmurkan waktu-waktu yang mulia dan semoga Alloh berkenan menerima amal sholeh kita.